“AKU MENYAYANGIMU AYAH IBUKU”
Aku terlahir dari
keluarga yang sederhana.
Ayah ku bekerja sebagai wiraswata,
sedangkan ibu hanya seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari mengurus
keluarga. Aku terlahir sebagai anak tuggal. Menjadi anak tunggal membuatku
harus bisa menjadi anak yang benar-benar bisa membanggakan kedua orangtua. Meskipun
aku terlahir menjadi anak satu-satunya kini aku mempunyai ayah dan ibu yang
selalu menyayangi dan memberikan kasih sayang melebihi apapun membuat hari-hariku
lebih berwarna.
Ayah adalah pahlawan
dalam kehidupanku. Kini aku bisa bernapas lega, betumbuh dan berkembang semua
itu berkat pengorbanannya. Tanpa beliau aku mungkin bukan siapa-siapa. Ayah ku
selalu memberikan kasih sayang dan selalu rela berkorban demi memenuhi kebutuhanku
dan keluarga. Dialah ayah yang paling ku cintai.
Sedangkan ibu adalah
sosok malaikat yang telah melahirkanku ke dunia ini. Ibu orang yang selalu
merawatku dari mulai bayi hinggas sekarang. Ibu yang selalu menasehatiku, meski
terkadang aku suka tidak mendengarkan apa yang dikatakan olehnya. Maafkan aku,
aku sungguh menyayangi mu. Tanpa ibu aku tak akan bisa seperti sekarang ini.
Kini usiaku sudah beranjak
17 tahun. 17 tahun yang lalu aku belum bisa berbuat apa-apa, semuanya sangat
bergantung kepada ayah dan ibuku. Hidup dalam kesederhanaan yang mengutamakan
agama dan pendidikan membuat ku selalu ingin mengejar prestasi agar bisa meliat
kedua orang tuaku tersenyum bangga. Membuat kedua orang tua ku bahagia
merupakan hal yang menjadi keharusan dalam kehidupanku ini.
Ayah selalu berusaha
untuk memenuhi kebutuhanku. Meski pendapatan yang ayah dapatkan tidak seberapa
membuatnya harus membanting tulang, memeras keringat untuk memenuhi
keinginannya menjadikan anaknya sebagai orang yang berpendidikan agar sukses
dimasa depan.
Jujur saja, aku tak sanggup ketika melihat ayah
bekerja membanting tulang. Aku selalu ingin membantu nya, tetapi ayah selalu
melarang. Karena alasannya tugasku adalah hanya belajar kalo pun ingin
membantu, ayah selalu menyuruhku untuk membantu ibu saja dirumah, agar ketika
kelak saya sudah dewasa saya sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan seorang
wanita seperti menyapu, menyuci, dan lain-lain, karena ayah ku selalu berkata
meskipun kelak aku menjadi orang sukses kodrat ku seorang wanita harus
tetap bisa mengerjakan pekerjaan rumah.
Ketika aku masih duduk dibangku SMA, ayah dan ibuku
selalu menuntut untuk bisa mendapatkan juara di kelas. Pada semester pertama
saat kelas satu aku mampu mewujudkan keinginannya, aku mendapatkan juara 1 pada
saat itu. Betapa bangga ayah dna ibu saat itu. Melihat senyuman mengembang dari
bibirnya membuatku sangat bersyukur. Tak ada yang bisa aku lakukan selain
berterima kasih atas segala yang telah ayah dan ibu usahakan untukku.
Hingga saat ini aku menjadi seorang mahasiswi
manajemen universitas swasta di Jakarta. Semua ini kudapatkan tidak telepas
dari dukungan, perjuangan dan doa dari kedua orang tuaku. Entah apa yang akan
terjadi nanti. Mampukah aku memenuhi setiap keinginan mereka, seperti halnya
ketika mereka memuhi setiap keinginaku. Bertambah lagi karena biaya kuliah ku
yang cukup mahal membuat ayah harus bekerja lebih. Karena hal tersebut lah aku
harus benar-benar dengan perkuliahanku dan harus menjadi seorang sarjana dalam
waktu 4 tahun kedepan. Aku harus benar-benar membahagiakan dan membuat bangga kedua orangtuaku. Ketika
banyak kerikil yang harus aku lewati untuk mencapai tujuanku itu, aku harus
selalu memantapkan niat yang sudah kokoh dan harus selalu disertai dengan doa.
Maafkan aku ayah ibu, karena terkadang aku membuat kesal
dan marah karena sifat dan sikapku. Semoga kelak aku bisa mewujudkan
cita-citaku, dan bisa membanggakan kedua orangtua yang sangat menyayangiku.
Aku menyayangimu Ayah dan Ibuku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar